
Perjalanan bangsa ini tidak pernah terlepas dari tumpah darah para pahlawan kita. Setiap jengkal kemerdekaan yang kita nikmati hari ini dibayar dengan keberanian, penderitaan, dan keteguhan hati mereka. Salah satu pahlawan yang hingga kini belum mendapat pengakuan resmi oleh negara merupakan putra terbaik Lamaholot, Flores, Nusa Tenggara Timur, sebuah daerah yang jauh dari pusat pemerintahan tetapi kaya semangat kebangsaan. Dialah Herman Yoseph Fernandez, seorang pemuda yang gugur pada masa revolusi mempertahankan kedaulatan Indonesia. Kisahnya menjadi simbol pengorbanan yang tidak hanya mewakili dirinya sendiri, tetapi juga mewakili ribuan pejuang lain dari Indonesia bagian timur yang namanya terlupakan sejarah. Dengan memahami kisah Herman, kita bisa melihat betapa luas dan dalamnya jaringan perjuangan kemerdekaan yang melibatkan seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke.
Herman adalah sosok muda yang awalnya ingin menjadi guru, cita-cita yang lahir dari kesadarannya akan pentingnya pendidikan untuk memajukan daerahnya. Sejak kecil ia dikenal rajin belajar, membantu orang tua, dan aktif dalam kegiatan masyarakat. Namun ketika gelombang perjuangan kemerdekaan menyapu seluruh Nusantara, Herman dihadapkan pada pilihan yang sulit. Cita-cita menjadi guru yang ia bangun sejak kecil harus ia tinggalkan. Keputusan itu tidak mudah bagi seorang pemuda seusianya. Ia memilih jalan terjal sebagai pejuang, sebuah jalan yang penuh risiko dan pengorbanan. Di usia yang sebenarnya masih sangat muda, ia sudah memperlihatkan keberanian luar biasa meskipun kadang orang di sekitarnya meragukan kemampuannya. Ia bergabung dengan pasukan pemuda lokal, mengorganisir teman-temannya untuk melawan kembalinya penjajah. Herman menolak setiap tawaran kompromi dari Belanda, bahkan saat nyawanya sendiri seolah-olah dipertaruhkan. Ada masa di mana ia sempat berpikir untuk berhenti dan kembali ke jalur pendidikan, namun
keyakinannya selalu kembali. Baginya hanya ada satu hal yang layak diperjuangkan: Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, adil, dan bermartabat.
Kini, hampir delapan dekade setelah kemerdekaan, nama Herman masih asing bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Padahal teladan yang diwariskan sangat relevan dengan kondisi bangsa saat ini. Di tengah tantangan moral, sosial, dan kebangsaan yang semakin kompleks, keteguhan, solidaritas, dan keberanian yang ia tunjukkan seharusnya menjadi cermin bagi generasi muda. Kisahnya mengingatkan bahwa kemerdekaan bukan hadiah, tetapi hasil kerja keras dan pengorbanan yang terus-menerus. Generasi sekarang, yang hidup di era digital dan globalisasi, perlu mengetahui tokoh-tokoh seperti Herman untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air yang sejati. Dengan meneladani semangatnya, anak-anak muda di seluruh Indonesia, terutama di daerah-daerah yang selama ini merasa terpinggirkan, dapat memiliki kebanggaan dan inspirasi untuk ikut membangun bangsa.
Sudah saatnya pemerintah menegakkan keadilan sejarah. Mengangkat Herman Yoseph Fernandez sebagai Pahlawan Nasional bukan hanya soal penghargaan individu, melainkan juga pengakuan terhadap kontribusi putra-putri Nusa Tenggara Timur dalam perjuangan bangsa. Langkah ini penting agar narasi kebangsaan tidak hanya terpusat pada Indonesia bagian barat, tetapi juga mencakup daerah timur yang kaya budaya dan semangat juang. Dengan demikian, kita mengakui pahlawan yang berasal dari Indonesia bagian timur, karena para pahlawan timur Indonesia juga berjuang untuk menjaga kedaulatan negara ini dengan darah dan air mata. Pengakuan tersebut akan memperkuat rasa kebangsaan di seluruh pelosok Nusantara, membangkitkan kesadaran bahwa kemerdekaan ini adalah hasil jerih payah bersama, bukan milik satu kelompok atau satu daerah saja. Jika Herman diangkat menjadi Pahlawan Nasional, itu sekaligus membuka jalan bagi pahlawan-pahlawan lain yang jasanya juga terlupakan.
Kita percaya bahwa dengan pengakuan ini semangat Herman akan terus hidup, menginspirasi anak bangsa untuk tidak lelah mencintai negeri dan menjaga persatuan. Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepadanya akan menjadi pengingat nyata bahwa perjuangan dan pengorbanan tidak mengenal batas geografis, suku, maupun agama. Sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, tidak hanya yang terkenal di buku sejarah tetapi juga yang bekerja dalam senyap. Herman Yoseph Fernandez adalah salah satu di antaranya seorang pemuda sederhana dari Lamaholot yang menaruh
kepentingan bangsanya di atas kepentingan pribadi. Dengan mengingatnya, kita tidak hanya menghormati masa lalu, tetapi juga menanamkan nilai-nilai integritas, keberanian, dan cinta tanah air untuk masa depan Indonesia.