Artikel P. K. Ojong – Kelompok 6

Relevansi Nilai-Nilai P.K. Ojong dalam Membangun Jurnalisme dan
Karakter Bangsa di Era Digital


P.K. Ojong adalah seorang jurnalis sekaligus pendiri harian Kompas yang dikenang bukan hanya karena keberhasilannya membangun salah satu media terbesar di Indonesia, tetapi juga karena nilai-nilai luhur yang ia wariskan. Nilai-nilai tersebut tidak sekadar membentuk jati dirinya sebagai tokoh pers, melainkan juga menjadi fondasi bagi tumbuhnya jurnalisme yang bermartabat dan berorientasi pada kepentingan bangsa. Dalam konteks era digital yang sarat tantangan informasi, warisan nilai ini tetap relevan bahkan semakin dibutuhkan untuk menjaga arah perkembangan media dan karakter masyarakat.


Nilai-Nilai Luhur P.K. Ojong
Salah satu nilai utama P.K. Ojong adalah keberanian menyuarakan kebenaran. Ia tidak gentar mengkritik kebijakan yang merugikan rakyat meskipun berada dalam tekanan politik dan ekonomi. Dalam situasi media sosial yang kini dipenuhi arus informasi cepat, keberanian seperti ini penting agar masyarakat tidak terjebak hoaks, manipulasi, atau propaganda. Sosok yang berani jujur, kritis, dan membela kepentingan rakyat masih sangat dibutuhkan di ruang publik saat ini.
Selain keberanian, disiplin dan kerja keras juga menjadi ciri kuat Ojong. Latar belakang pendidikannya yang dipengaruhi nilai Katolik menanamkan sikap tegas, konsisten, dan pantang menyerah. Sikap tersebut tercermin dalam usahanya membangun Kompas dengan penuh ketekunan. Di tengah budaya instan yang marak di era digital, nilai disiplin dan kerja keras menjadi tameng agar generasi muda tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan global.
Nilai berikutnya adalah komitmen terhadap pendidikan dan literasi. Ojong meyakini bahwa kemajuan bangsa hanya bisa dicapai jika rakyat memiliki kualitas pendidikan yang baik. Media, menurutnya, adalah salah satu sarana utama untuk mencerdaskan masyarakat. Pandangan ini sangat relevan hari ini ketika bangsa Indonesia masih menghadapi tantangan rendahnya literasi, baik literasi baca maupun literasi digital. Dengan semangat Ojong, media semestinya terus berfungsi sebagai pencerah dan pendidik publik.
Di samping itu, Ojong menjunjung tinggi integritas dan moralitas. Dalam dunia pers yang kerap rawan kompromi, ia berupaya menjaga Kompas agar tetap berpegang pada kebenaran, kejujuran, serta tanggung jawab sosial. Nilai ini masih sangat dibutuhkan, sebab praktik korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan pelanggaran etika tetap menjadi masalah serius di Indonesia. Integritas yang ia teladankan dapat menjadi inspirasi agar masyarakat, khususnya generasi muda, tidak tergoda mengorbankan kebenaran demi kepentingan pribadi.
Akhirnya, P.K. Ojong juga mewariskan semangat kebangsaan. Meskipun lahir dari keluarga sederhana dan memiliki latar belakang Katolik, ia tidak pernah membatasi pengabdiannya hanya pada lingkup tertentu. Baginya, Indonesia adalah rumah bersama yang harus dijaga persatuannya. Semangat ini relevan di era globalisasi, ketika identitas sering dipolitisasi dan rasa cinta tanah air berisiko terkikis. Nilai kebangsaan Ojong menjadi pengingat penting bahwa persatuan bangsa jauh lebih berharga daripada kepentingan kelompok.


Penerapan di Kehidupan Sehari-hari

Nilai-nilai P.K. Ojong dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam menghadapi tantangan era digital. Keberanian menyuarakan kebenaran misalnya, bisa diwujudkan dengan menyaring informasi, melawan hoaks, dan memperjuangkan transparansi publik. Hal ini sejalan dengan Kitab Matius 5:37 yang menekankan pentingnya perkataan yang jujur.
Sementara itu, disiplin dan kerja keras dapat diterapkan dalam belajar maupun bekerja. Pandangan Thomas A. Edison bahwa keberhasilan adalah 1% inspirasi dan 99% kerja keras relevan untuk mendorong generasi muda konsisten berusaha. Komitmen terhadap pendidikan dan literasi juga bisa diwujudkan dengan membiasakan membaca, berdiskusi kritis, dan memproduksi konten edukatif di media sosial. Hal ini sesuai dengan gagasan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan bertujuan mengembangkan budi pekerti, pikiran, dan tubuh
manusia secara seimbang.
Integritas dan moralitas dalam kehidupan modern menuntut setiap orang menjaga kejujuran serta etika, baik dalam interaksi sosial maupun dunia digital. John Rawls menyatakan bahwa keadilan adalah kebajikan utama dalam institusi sosial, dan nilai ini sangat relevan untuk membangun masyarakat yang adil. Adapun semangat kebangsaan dapat diwujudkan dengan menghargai perbedaan serta membangun persatuan sesuai semboyan Bhinneka Tunggal Ika, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 36A UUD 1945 mengenai lambang Garuda Pancasila.

Kesimpulan

Nilai-nilai yang diwariskan P.K. Ojong—keberanian, disiplin, kerja keras, komitmen pada pendidikan, integritas, dan semangat kebangsaan—tetap hidup dan semakin relevan dalam menghadapi tantangan era digital. Nilai tersebut tidak hanya menginspirasi dunia jurnalisme, tetapi juga menjadi pedoman membangun karakter bangsa yang berintegritas, cerdas, dan bersatu. Di tengah derasnya arus informasi, Ojong memberi teladan bahwa kebenaran, etika, dan kepedulian pada kepentingan rakyat adalah dasar untuk membangun Indonesia yang lebih maju.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *